TIMES MOJOKERTO, MALANG – Festival Jajanan Pasar yang tengah digelar di Kota Malang, salah satunya Pasar Klojen, menjadi ajang istimewa bagi para pelaku UMKM untuk lebih memperkenalkan produk kuliner tradisional.
Salah satu pelaku usaha yang turut memeriahkan festival ini adalah Purnomo Dwi Negoro, penjual wingko bakar dan pisang goreng wijen yang kini mulai dikenal luas karena inovasi dan konsistensinya menjaga cita rasa jajanan tradisional.
Pasar Klojen sendiri memang sudah ramai sejak sebelum adanya festival. Namun, menurut Purnomo, sejak Festival Jajanan Pasar diselenggarakan, jumlah pengunjung di akhir pekan mengalami peningkatan signifikan.
"Sebenarnya sebelum diadakan festival ini, pasar ini sudah ramai setiap harinya. Jadi jumlah penjualan tetap sama. Yang membedakan sejak adanya festival ini di weekend pengunjung pasar semakin banyak," jelasnya.
Purnomo bukanlah pedagang kuliner sejak awal. Ia baru memulai usahanya sekitar tujuh bulan lalu. Sebelumnya, ia hanya menjual kelapa dan pisang di Pasar Klojen.
Krispi dan legitnya pisang goreng wijen panas yang dijual. (FOTO: Arli Ochaputri Hartono/TIMES Indonesia)
Namun, melihat geliat pasar yang semakin hidup berkat viralnya Mie Cendana, ia memutuskan untuk terjun ke dunia kuliner dengan menjadikan bahan dagangannya sebagai produk olahan bernilai lebih.
Salah satu daya tarik utama dari stan milik Purnomo adalah wingko bakar. Jajanan berbahan dasar kelapa ini disulap menjadi lebih menarik dengan cita rasa yang khas dan tekstur yang lembut.
Keunikan wingko bakar buatan Purnomo terletak pada komposisi kelapanya yang melimpah, menghasilkan rasa gurih dan manis alami yang berbeda dari wingko pada umumnya.
Selain itu, ia juga menyediakan varian topping seperti coklat, kismis, dan tiramissu untuk menyesuaikan dengan selera anak muda yang menjadi mayoritas pembeli.
“Wingko bakar ini saya buat dengan resep hasil inovasi istri saya. Beliau sangat suka membuat wingko dan melihat belum ada yang menjual wingko di pasar ini, kami melihat peluang. Apalagi kami juga menjual kelapa sendiri, jadi bahan utamanya selalu segar dan mudah didapat,” ujar Purnomo.
Untuk proses pembuatannya, wingko dipanggang dalam cetakan khusus dan dibolak-balik agar matang merata. Topping tidak ditaburkan di atas, tapi dimasak bersama adonan untuk menciptakan rasa yang menyatu.
“Untuk wingko dengan topping, adonan dituang setengah ke cetakan, lalu diberi topping dan ditutup lagi dengan adonan. Jadi toppingnya ikut matang bersama adonan. Kalau yang original, hanya diberi wijen di atasnya,” jelasnya.
Selain wingko bakar, jajanan lain yang tak kalah menarik adalah pisang goreng wijen. Menggunakan pisang pilihan yang dibalut adonan manis dan ditaburi biji wijen, camilan ini memberikan sensasi rasa gurih dan harum yang unik.
“Adonan pisang goreng ini saya beri tambahan wijen supaya memberikan rasa manis sedep yang berbeda dari pisang goreng pada umumnya,” imbuh Purnomo.
Meski baru berjalan beberapa bulan, Purnomo sudah mulai memikirkan inovasi lanjutan untuk memenuhi permintaan pelanggan.
“Banyak permintaan topping dari pelanggan. Saya berencana menambahkan topping nangka dan durian, tapi hanya saat musimnya saja. Saya ingin menjaga rasa otentik dari buah asli, bukan perisa,” katanya.
Harga yang ditawarkan pun terjangkau. Wingko bakar original dijual seharga Rp4.000 per potong, sedangkan untuk varian topping dibanderol Rp5.000. Pisang goreng wijen dijual dengan harga Rp2.000 per buah.
Meski di tengah tantangan seperti naiknya harga bahan baku, terutama kelapa, Purnomo menegaskan bahwa kualitas tetap jadi prioritas utama.
“Saat ini harga kelapa sedang naik-naiknya, tapi saya tetap memilih untuk mempertahankan kualitas. Jadi adonan kelapanya tidak saya kurangi, tetap seperti biasanya,” tegasnya.
Purnomo berharap Festival Jajanan Pasar bisa terus diadakan secara berkala karena menjadi ruang promosi yang sangat baik bagi pedagang tradisional.
Ia melihat festival ini bukan hanya meningkatkan jumlah pengunjung, tetapi juga memberikan semangat baru untuk terus berinovasi dan menjaga kuliner tradisional agar tidak punah.
“Semoga dengan adanya festival seperti ini, penjualan bisa semakin meningkat dan jajanan pasar bisa tetap bertahan di tengah gempuran makanan modern,” pungkasnya.
Stan ini buka mulai pukul 07.00 pagi hingga habis. Dan untuk informasi lebih lanjut dan melihat menu yang ditawarkan, pengunjung bisa mengunjungi akun Instagram mereka di @wingkobakarklojen (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Festival Jajanan Pasar Kota Malang, Godaan Wingko Bakar dan Pisang Goreng di Pasar Klojen
Pewarta | : Arli Ochaputri Hartono (Magang MBKM) |
Editor | : Ronny Wicaksono |