TIMES MOJOKERTO, MOJOKERTO – Cerita pendidikan Presiden RI Soekarno di Mojokerto Jawa Timur memang tidak sebegitu populer dibandingkan dengan pendidikannya di Hogore Burger School (HBS) Surabaya atau saat mengenyam pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB).
Namun faktanya, saat usia 6 tahun, Soekarno mengenyam pendidikan tingkat dasarnya di Mojokerto. Tweede Inlandsche School atau Ongko Loro (saat ini menjadi SDN Purwotengah) tepatnya. sebuah sekolah pribumi kelas dua yang dengan masa pendidikan 3 tahun.
Sekolah ini tersebar di seluruh wilayah pelosok desa dengan tujuan untuk memberangus buta huruf dan mampu menghitung. Sekolah dengan menggunakan bahasa Daerah dimana gurunya merupakan tamatan Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) atau Sekolah Guru Bantu (SGB).
Kepala Sekolah SDN Purwotengah, Endang Pujiastutik menceritakan kilas balik tentang sekolah yang saat ini dipimpinnya.
Selama jejak penulusuran bersama tim sekolah, tim peneliti SDN Purwotengah menemukan Buku Induk S.R (Sekolah Rakyat) pada tahun 1947.
"Kami menemukan Buku Induk S.R tahun 1947. Dimana berisi kumpulan-kumpulan murid dan laporan belajar siswa," ungkap Endang.
Suasana ruang kelas cagar budaya tempat dimana Soekarno kecil belajar, Selasa (15/6/2021). (Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)
Mengenai perubahan status dari Inlandsche School kemudian menjadi Sekolah Rakyat dan menjadi SDN Purwotengah, Endang mengaku tengah mencari rekam jejak ini.
"Terkait tahun perubahan itu, iya belum tahu. Namun bisa dipastikan tahun 1947 ini namanya sudah Sekolah Rakyat." jelasnya.
Selama pencarian arsip di bawah tahun 1940 an, Endang mengaku kesulitan bahwa pada masa itu memang ada penghapusan jejak Soekarno di Jawa Timur.
"Kalau pak Budi, seorang Arkeolog Soekarno di Blitar itu mengatakan kalau ada penghapusan jejak Soekarno di Jawa Timur itu sekitar agresi Militer Belanda tahun 48," terangnya.
Spelud, tempat pertemuan untuk rapat, Selasa (15/6/2021). (Foto: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)
Namun perjuangan mencari jejak sekolah ini tim peneliti menemui Kushartono. Kushartono merupakan cucu tidak langsung dari RM Panji Soemosewojo, pemilik rumah Pojok Ndalem. Dari Kushartono Tim mendapat besluit Kementerian Pendidikan Kolonial Belanda bahwa Raden Soekemi Sosrodihardjo (ayah Soekarno) menjadi mantri guru di SDN Purwotengah.
"Ini bukti kalau ayah Soekarno pernah menjadi mantri guru (kepala sekolah) disini. Disitu tertulis 22 Januari 1909," jelas Endang.
SDN Purwotengah telah menjadi sekolah cagar budaya setelah Pemkot Mojokerto mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 188.45/320.2/417.111/2019. (*)
| Pewarta | : Thaoqid Nur Hidayat |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |