TIMES MOJOKERTO, JAKARTA – Puasa Ramadan dalam Islam tidak hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga mencakup aspek spiritual yang lebih dalam.

Para ulama membagi puasa menjadi tiga tingkatan, yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa khususul khusus. Masing-masing tingkatan ini memiliki makna dan keutamaan yang berbeda.

Dalam Kitab Risalah Fii Al-Shiam Fii Maa Yukhfa 'Ala Al-'Awam 'Ala Madzhab Al-Imam Al-Syafi'i dijelaskan:

تتفاوت مراتب الناس بالصوم: فهو إما صوم العموم وهو: اجتناب المفطرات الظاهرة التي تقدم الكلام فيها. وحاصلها كف نحو البطن والفرج عما ينافي الإمساك الشرعي المأمور به.

Artinya:  Tingkatan puasa manusia berbeda-beda. Yang pertama adalah puasa umum, yaitu menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan hubungan suami-istri. Inilah tingkatan dasar dari puasa yang wajib dijalankan oleh setiap Muslim.

Namun, ada tingkatan yang lebih tinggi, yaitu puasa khusus, yang dijelaskan dalam kitab tersebut:

وأما صوم الخصوص فهو: أن يضم إلى ذلك كف السمع والبصر واللسان وسائر الجوارح عن الآثام والمحرمات صغيرها وكبيرها.

Puasa khusus berarti selain menahan diri dari makan dan minum, seorang Muslim juga menjaga seluruh anggota tubuhnya dari perbuatan dosa. 

Ini mencakup menahan pandangan dari hal-hal yang dilarang, menjaga lisan dari perkataan sia-sia, dan menjauhkan diri dari maksiat, baik kecil maupun besar.

Tingkatan tertinggi dari puasa adalah puasa khususul khusus, sebagaimana dijelaskan:

وأما صوم الخصوص الخصوص فهو: أن يضم إلى ذلك صوم القلب وطهارة السر عن الهمم الذنيئة والخواطر الرديئة والأفكار الدنيوية ولا يتم له ذلك إلا بالكف عما سوى الله أصلا ورأسا.

Pada tingkatan ini, seseorang tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara fisik, tetapi juga menjaga hatinya dari pikiran-pikiran yang tidak baik. 

Puasa ini menuntut seseorang untuk sepenuhnya fokus kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala hal yang dapat menghalangi kedekatan spiritual dengan-Nya.

Mencapai Tingkatan Puasa Lebih Tinggi

Agar seseorang bisa mencapai tingkatan puasa yang lebih tinggi, ada beberapa hal yang perlu dijaga, di antaranya:

1. Menjaga Pandangan

Rasulullah ﷺ bersabda:

النظرة سهم مسموم من سهام إبليس، فمن تركها خوفا من الله أتاه إيمانا يجد حلاوته في قلبه.

Artinya: "Pandangan adalah anak panah beracun dari panah-panah setan. Barang siapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberinya keimanan yang manis dalam hatinya." (HR. Hakim)

2. Menjaga Lisan

Seorang Muslim dianjurkan untuk menjauhi perkataan yang sia-sia, perdebatan, serta ucapan yang mengandung kebohongan, ghibah, dan namimah (adu domba). Dalam kitab tersebut dijelaskan:

ومنها حفظ اللسان عن كل لغو وهذيان وخصومة ومراء وفحش سيما الغيبة والنميمة والكذب لما قدمناه أن ذلك يفسد صومه بمعنى أنه يبطل ثوابه.

Artinya: Seseorang harus menjaga lisannya dari ucapan yang sia-sia, perdebatan yang tidak bermanfaat, serta perkataan keji, karena semua itu dapat merusak pahala puasanya.

3. Menjaga Pendengaran

Dalam Al-Quran disebutkan:

سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ. (QS. Al-Maidah: 42)

Artinya: "Mereka suka mendengar kebohongan dan banyak memakan yang haram."

Hal ini menunjukkan bahwa seseorang harus menjaga pendengarannya dari hal-hal yang dilarang, seperti mendengar ghibah, namimah, dan perkataan dusta.

Puasa sejatinya bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga merupakan sarana penyucian diri. 

Dengan menjaga seluruh anggota tubuh dari maksiat serta membersihkan hati dari segala penyakit batin, seseorang dapat meraih tingkatan puasa yang lebih tinggi dan mendapatkan keberkahan yang sempurna di bulan suci Ramadan. (*)