TIMES MOJOKERTO, SURABAYA – Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (UNESA) membuktikan jika lingkungan terdekat (keluarga, saudara, dan teman sebaya) memiliki dampak negatif terhadap kemandirian belajar mahasiswa.
Hal tersebut terungkap dalam PKM Riset Mahasiswa UNESA dengan judul 'Pengaruh Faktor Pembentuk Kemandirian Belajar Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring Berdasarkan Teori Ekologi Bronfenbrenner'.
Teori ini memiliki pandangan bahwa konteks lingkungan memiliki pengaruh dalam proses perkembangan manusia.
Ketua PKM RSH UNESA, Lailatul Istima' mengatakan bahwa kemandirian belajar dalam penelitian ini menggunakan konsep Self Regulated Learning (SRL) yang merupakan pengembangan diri manusia sebagai individu yang terus belajar.
Proses pendampingan PKM oleh dosen kepada mahasiswa UNESA tentang riset kemandirian belajar mahasiswa selama pembelajaran daring. (Dok. UNESA for TIMES Indonesia)
"SRL ini tentunya diasumsikan terbentuk melalui faktor-faktor tertentu, salah satunya lingkungan. Teori ekologi yang digagas oleh Bronfenbrenner menekankan pada lingkungan sosial berpengaruh terhadap perkembangan individu," ujar Laila, sapaannya kepada media ini, Jumat (9/9/2022).
Penelitian ini menurut Laila, bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemandirian belajar mahasiswa selama pembelajaran daring. Kedua, mengkaji faktor pembentuk kemandirian belajar mahasiswa selama pembelajaran daring berdasarkan Teori Ekologi Bronfenbrenner.
Metode penelitian yang diterapkan sendiri adalah penelitian empirik, di mana dalam penelitian ini sumber data utama berasal dari data lapangan.
"Sasaran penelitian kami mahasiswa dari seluruh fakultas di Unesa yang pernah atau sedang melaksanakan pembelajaran daring. Sampel penelitian kami sebanyak 425 Mahasiswa," ujar Laila.
Temuan yang menarik dalam penelitian ini mengungkap bahwa mikrosistem yang terdiri dari orangtua, teman sebaya dan saudara kandung memberikan korelasi (hubungan) yang negatif terhadap pembentukan kemandirian belajar mahasiswa selama pembelajaran daring.
Mikrosistem sendiri merupakan sistem tingkat pertama dari Teori Brofenbrenner yang memiliki interaksi langsung dengan individu, yaitu terdiri dari keluarga, saudara kandung, guru dan teman sebaya (Guy-Evans, 2020).
"Artinya, mikrosistem sebagai lingkungan terdekat individu harus melakukan perbaikan dalam pola asuh, budaya berteman, maupun hubungan persaudaraan yang demokratis agar membentuk lingkungan belajar yang suportif, sehingga kualitas pembelajaran daring akan meningkat," ujar Laila.
Temuan yang lain menunjukkan bahwa eksosistem yang terdiri dari (keluarga besar, tetangga, media massa, lingkungan kerja orangtua) memberikan pengaruh yang cukup dominan dalam membentuk kemandirian belajar.
Tim PKM RSH mahasiswa UNESA dengan judul Pengaruh Faktor Pembentuk Kemandirian Belajar Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring Berdasarkan Teori Ekologi Bronfenbrenner. (Dok. UNESA for TIMES Indonesia)
"Sedangkan makrosistem (hukum (regulasi), budaya, sistem ekonomi, kondisi sosial dan sejarah (pengalaman masa lalu) memberikan pengaruh yang cukup dalam membentuk kemandirian belajar mahasiswa selama pembelajaran daring," ungkap Laila menjelaskan hasil penelitiannya.
Bisa disimpulkan, pengaruh lingkungan terdekat (mikrosistem) memiliki dampak negatif terhadap kemandirian belajar mahasiswa.
Pengaruh ekosistem memiliki pengaruh cukup dominan terhadap pembentukan kemandirian belajar mahasiswa. Sedangkan makrosistem memiliki pengaruh cukup terhadap pembentukan kemandirian belajar mahasiswa.
PKM ini dikategorikan sebagai PKM Riset, Sosial, dan Humaniora (RSH) yang telah dinyatakan lolos dan didanai oleh Belmawa Kemenristekdikti.
PKM Mahasiswa UNESA ini diketuai oleh Lailatul Istima'. Beranggotakan Bagus Liyanto Leonardo dan Rif'atus Sa'adah Irma. Dosen pembimbing PKM ini adalah Dr. Nuansa Bayu Sagara, SPd, MPd. (*)
Pewarta | : Thaoqid Nur Hidayat |
Editor | : Ronny Wicaksono |